Mitologi Masyarakat Seira tentang Nuh”s Nitu (Pulau Orang Mati)
Eksistensi leluhur orang seira dapat kita jumpai dalam bebrbagai cerita mitos yang berkaitan langsung dengan tempat-tempat sakral bersejarah di pulau Seira, Selu, Wuryaru, dan pulau-pulau yang lain. Tempat-tempat bersejarah tersebut merupakan bukti nyata tentang keberdaan leluhur orang seira baik dalam aspek seni ukiran, tari-tarian maupun pemikiran mereka yang dituangkan dalam cerita-cerita mitos bersejarah yang menghubungjan mereka dengan alam semesta maupun Tuhan. misalnya: nuh"s nitu, watat lakilen, Dudla ni teta, wuarmala, awalrua dll.
Diujung Pulau Selu ada sebua Pulau yang
dinamai Nuh”s Nitu. Keberadan Pulau ini sangat disakralkan oleh masyarakat seira
secara turun temurun. Kesakralan tempat ini berkaitan dengan keberdaan kejadian
gaib yang berkaitan dengan hubungan manusia (orang Seira) dengan keberadan Tuhan
(Ubu Ila”a). Secara etimologi, nuh nitu berarti pulau orang mati. nuh artinya pulau
dan nitu artinya orang mati. Di pulau ini terdapat banyak misteri gaib yang
belum bisa terpecahkan oleh manusia secara rasional dengan sebua bukti ilmiah.
Pulau nuh”s nitu merupakan pulau dimana ketika
orang seira meningal dunia, roh/arwanya akan pergi kesana untuk menyaipakan
tempat untuk tinggal (dunia orang mati/alam roh). Menurut penuturan beberapa
orang yang pernah berkebun disana sering melihat roh orang seira yang meninggal
dunia pergi ke pulau tersebut, pada umunya roh orang mati tersebut akan
berjalan sepanjang pulau itu sambil menangis, kemudian mempersiapkan tempat untuk
tinggal dipulau itu. Disisi lain kejadian gaib tersebut bukan saja baerkaitan
dengan orang seira namun ada beberapa kejadian yang ditemui oleh masyarakat
bahwa ada juga suku orang tanimbar lain seperti, Larat, Selaru dan Yamdena yang
ketika meninggal dunia rohnya juga pergi ketempat itu. Menurut orang yang
melihat kejadian ini bahwa sangat bisa dibedahkan antara roh orang seira dengan
roh dari sub suku tabnimbar lain karena dialeg dan bahasa yang digunakan dalam
tangisan mereka.
Menurut sejarah nuh nitu (seira) merupakan pulau pusat
persebaran suku-suku di Tanimbar, sehingga ada sebua perjanjian sebelum
masing-masing menyebar kesekitar kepulauan Tanimbar, disepakati bahwa walaupun mereka
semua akan berpencar dan terpisah diseluruh pulau-pulau yang ada di Tanimbar
namun ketika ada yang meninggal dunia arwa/rohnya akan kembali mendiami/berkumpul
Pulau Nuh”s Nitu.
Keberadaan pulau orang mati (nuh nitu) ini
dicatat juga oleh pastor drabbe dalam buku “etnografi masyarakat tanimbar”. Disana
dijelaskan dalam pantun/kapat adat yang dinyanyikan dalam acara siawal. Nuh”s
nitu disebutkan dengan nama pulau setan yang terletak disebala barat daya pulau
ngolindan pulau sukler. Itu berarti cerita mitos tentang keberadaan pulau nuh
nitu bukan hanya diketahui oleh orang seira tetapi sudah menjdi pengetahuan
masyarakat tanimbar pada umumnya.
Dudllah ni
Teta
Dudllah nit teta merupakan bukti sejarah
tentang Tuhan leluhur masyarakat Seira, dimana tidak sembarang orang yang bisa
masuk mengunjungi tempat ini. Keberadaan Dudllah ni Teta menggambarkan kehadiran
(Ubu Ila”a) yabf dipercayai sebagai Tuhan dalam kehidupan leluhur masyarakat
seira.
Secara etimologi (arti kata) Dudllah ni teta
artinya Tempat tidur Tuhan. Dudllah artinya Tuhan dan Teta artinya Tempat tidur.
Tempat ini sangat disakralkan karena leluhur masyarakat seira sangat percaya
bahwa Dudllah nit eta merupakan tempat dimana (Ubu Ila”a) Tuhan bersemayam. Tempat
ini sangat memiliki korelasi dengan keberadaan Pulau nuh nitu dengan segala
misterinya tentang Roh Orang Mati, yang datang menghadap Tuhan (Ub Ila”a).
#salam seira cerdas
Komentar
Posting Komentar